Friday 30 March 2012

LENAKAN AKU

LENAKAN AKU

aku ingin terus terlena tanpa gebar mimpi
telah kutahu renda realiti sedang kau anyam
suntinglah menjadi penghias sanggul perjalananku
merenangi lurah-lurah
mengharungi denai-denai
kerikilnya takkan kukutip
biar tumitku merenyam darah
kesumba merahnya takkan kuhiraukan
telah ku tahu jari jemarimu menantiku
bakal aku berpaut pada KudratMu
meniti jambatan sebuah kehidupan
di sini di sana kita berdua
biar berlama aku tetap rela
menjamah cintaMU

izinkan lenaku beralas lenganmu
aku tidak ingin bangkit
kalau celikku mencebir ngilu
kerana lakrima telah lama mengering
dari kolahnya

izinkan aku menganyam harap
tubir rasaku menyelinap sarat
kantung doa yang kugalas ini
tak pernah sesaat tertinggal terlewat
akan kuuncangkan karas impian
pada kosa janjimu yang kau cerna bersama ungkap
aku yakin tiada dusta pada suara tulus
adalah jambak kasturi hatimu
yang mewangi serata
jamahnya adalah desir suara laut
tak pernah hilang dari samudera
hanya camar mengintai cinta
laut tetap bergelora mencumbui pantai
terkucup rindu yang membasah
adalah butiran pasir yang tak henti berdoa
dzikirnya melaut menghambur buih
putih tulus dalam tulis cinta
takkan terpadam
dari LOH MAHFUZ catatanNYA

lenakan aku
dalam uncang cintaMU

'DA'

DEBAR ZENIT

DEBAR ZENIT

* Legar Zenit tergetar
turqoisepun mengekor
rak-rak jiwa berjajar
lantaiku merah dengan rindu
saat kujeritkan tajdid rindumu
kasihku mengapung runtum ruhnya ke langit

O BidadariNYA kurenung

bening matanya kucium harum
jazbah lidahku melarut syukur

** Sukmaku legarnya bergetar

membaris langkah pada sebuah detik
ruang janji itu kujejaki
renung makrifatku tertala
melanggir pada wajah rindu
memercik menyelirat seluruh ruang Zenit

ingin kusentuh jemari cintaMU

lalu kucup ke bibir rindu ini
biar KAU cium ubun kasihku
ladungannya telah melimpah
hati tiba-tiba merenjis mawar merekah
tangkai nubariku tak lagi kontang
saat mata berbicara
dalam ucap yang terdiam
namun tersadung mendalam
uncang cintaku tetap kudakap pasrah

aku cinta padaMU

takkan merebis walau detiknya berjuta
langit ke 7 kukutip penyaksian
biar jejantas pelanginya mewarnai
hati dan jazbah rindumu kuusap
inai cinta di jari tetap memerah
bagai rindu yang tak mudah meredup
menyelerak pada lantaimu Zenit

'DA'

LENA

LENA

lenakan aku dalam pelukan cintaMU
bergaul sarat mimpi luyut
lautan qalbu telah kurias oleh haruman kemboja
kelopak putihnya takkan kuleraikan
agar jatuhnya tidak berselerak mematah geringku

KEKASIH
ceburlah dingin rindu ini
dari langit yang membias ceritera
dzikir khafiku oles menjejes lejuh
hatiku basah lidahku terdiam
hanya KAU berselirat mendalam dan mengunjur
segenap nafsku biarlah menjadi sofiyyah padaMU
kerikil menikam tumit telah kupasrahkan
antara pedih terlahap
dan sayatan hiba
bergaul sebati menjadi adunan lena
setiap baringku

KAU
fanakan aku dalam rindu membuak dan menggelegak
kerana buihnya semakin mengapungku
kalau dzikir khafiku terlilit diam dan bisu
biarlah dzikir jahriku tak terhias keping riak
kerana di sini
aku tidak lagi mampu
mengutip luruhnya rindu yang memercik serata
basahnya telah mencarikkan segala ruh cinta
sentuhilah dadaku, KEKASIH
dengan sarat cintaMU
biarlah meluyut mencakar perdu diri
namun aku tetap menadah kasihMU
luruh di ribaku
dalam dakap lena
yang tak ingn ku terjaga

'DA'

PAMERKAN TAKDIRKU

PAMERKAN TAKDIRKU

cintaMU telah bersatu
dan melarut di hatiku, KEKASIH
jeliranya limpah serata

KAU
binakan aku mihrab cinta
di palung dadaku menakung rindu
jangan tertumpah menjadi perca
atau puing-puing berkecai
biarkan
alirnya terus mengusap
setiap rongga jadi limpah
hingga urat lendirku cair
jangan membeku

ruh dan darah cintaku
adalah satu
dan bergaul menyatu
kalau KAU getus nafasku
sedutlah bersama kesumba darah ini
bawalah bersama ruh dan darahku
dalam uncang cintaMU

pamerkan di lantai takdirku
akan kusentuh tintanya
kalau masih basah aksara catatan itu
izinkan jiwaku terus berdenyar
kerana mubram takdir bisa berubah
akan aku memujaMU selama 86 400 detik
dalam kerdip mentari dan renung rambulan
biarlah berulang-ulang
menjadi selamanya.

'DA'

PADA LANGITMU

PADA LANGITMU

benang awan dari langitMU
kurawan pintal hingga ke rahim bumi
lalu kulilit pada mentari biar pijarnya
tak lagi membakar wajah lukaku
tak ingin rebah pada kerikil
yang menikam tumitku
tak mampu berlari
menderas mengejar pelangiMU
yang bakal meleweh di permaidani waktu

aku hanya mengutip mutiara jingga
tirai senja melabuh menjemput hadir teduh malam
beradulah wahai ruh rinduku
dalam pelukan tahajjud yang mendingin damai
nafas cinta bersatu dalam kejap aroma penyerahan
yang melanggir dada perindu
senyap dan bisu malam
adalah nyanyian hati yang terdiam
di antara palungan nubari terpicit rindu
dari perca-perca kasihMU
meluyut merimbun
singgah pada setiap alir darahku
menyimbah selulruh nurani
dan basahnya adalah asaku yang tak tercebis
walau geriginya adalah bara yang berkesul asap
tetap kugenggam cintaMU
mendenai di petak hati sendiri

dadaku telah menggebu oleh sarat rindu
dan jernih cintaMU
takkan tumpah
dari uncang
yang kau pasung ke jiwaku

'Dyza Ainun'

AKU INGIN MENJADI UNGGAS.

AKU INGIN MENJADI UNGGAS.

aku ingin menjadi unggas
memetik butir bayu
di dada ini kukhazanahkan baldu bicara
tak siapa tahu membelek lembar aksara
kususup di bawah caing mimpi
yang terhampar
dan terkelar

camarkah aku di gigi air
meneguk asin Laut Cina Selatan
perciknya simbah ke wajah
kuraup menjadi doa di labuhan hati
siratkanlah kerincing angin timur laut
jamah pada samudera menggila
namun gebu rindu di hatiku
tetap terpasung nyali

KEKASIH
biaskanlah setiap rintik wadah rindu ini
jatuhlah di dadaku mengelar bisa
akan kuhirup segala cahayaMU
dari kudup aggerik biar kembangnya
melarik ke sari jiwa
cintaku berpati pejal
kerana mengkalnya sudah kuuli dari serbat harum
sebati teradun kental
manisnya menyelirat mendalam
hanya halwaMU kutadah kusedut
minum dari kucup suci percik rinduNYA

....'aku ingin menjadi burung'...

'Dyza Ainun'

PERADUANMU

PERADUANMU

kuriaskan kamar untukMU
kalau taburan kelopak melur sudah menyelirat
harumnya bakal tembus ke bumbung rinduMU
akupun ingin berbaring dalam pelukMU merimbun
legarnya jelira serata
tangkai hati takkan meleweh mendupa hiba

hidulah semburan Al Kaabah
hantaran Malaikat SubuhMU
semersik lingkaran wanginya memantul ke nadi
kerdip renung yang kau cuit
adalah sirna cintaNYA yang tak pernah berbaki
hanya menelusuri denai-denai hati
sang perindu
dari peradaban musim
yang tak pernah bercebis geloranya

aku
sudah berlama di sini
mentelaah bahasa mimpi dari gebar
yang tak pernah lusuh
walau berabad menjenguk cintaMU
aku masih di perairan alpa
dan menguis-nguis pepasir pantai hati sendiri
membelek aksara dari wahyuNYA
luruh di hati tak bisa kuterjemah
dari surah-surah yang kupeluk
dakapannya adalah salju yang meresap
kalbuku cairnya dingin di nurani

silalah KAU beradu di hatiku
biar bermukim lama
akan aku oleskan pijar cinta
panasnya mentari adalah pelangi hati
untuk ku panjat ke lorong munajat
bersimpuh di depanMU
menghitung rindu yang tak pernah terbakar
walau asapnya sedang mengepul
dalam genggaman jiwa



Dyza Ainun