Monday 30 April 2012

SAKURA BUNGA CINTAKU

melintuklah daunmu sakura
pada rona hari yang menerjah ke lurah dingin
aku belum sempat bersila pada rimbunMU
lalu semilir angin menggetus hatimu
siapakah yang telah mengayahnya menjadi luruh
di perdu hiba sendiri

sakuraku
ke manakah wanginya bungamu menyerbak
saat aku sedang menghidu harum cinta
tiba-tiba relainya menjadi debu
luruh dan jatuh
ke dadaku lalu mereput

kalau nanti aku sudah larut dan mendebu
kutiplah puing-puingnya biar tersusun
di kakimu aku melanggir rasa
di pelipismu aku menyarat impi
kau bukan lagi sekuntum sakura
hanyalah pelangi yang menjela di langitNYA
aku pun terkedu pada baris puisi ini
membilang aksara yang tertinggal
di hujung resah yang pecah

sakuraku
kalau aku mendakwat pada penaNYA
biarlah syair ini menular pada seluruh jiwa
nanti bicaranya akan melekat mendakap
biar desahnya mengayuh samudera
aku sudah bersedia di dalam kolek
biar olengnya menggelombang runtuh
hancurpun aku rela menjadi buih

biarkan sakuraku terus menjadi wangi
walau bukan aku yang bakal memetik harumnya
dan indahnya biarlah tercicip seluruh benua
nanti ada suara yang menyapa
'sakura, bunga cintaku'

'DA'
TERIMA KASIH

saat KAU kembalikan hatiku
kudakap erat ke lurah jiwa
bertakhtalah
ke dalam diri
di sini kau seharusnya bermukim
jangan ke mana kau berpaling
aku tetap membelai

KEKASIH
luhur apa yang harus aku hidangkan
kalau bukan syukur merebah dahi
pada sejadahMU
menghampar sujud

lapang Mahsyarkah di dadaku
ketika menyambut diri pulang ke hati sendiri
sehingga mentari sujudhya berbekas pada lantai rasa
telapak rinduku rembulan menjadi kemilau
di hamparan jiwa

TUHAN
tawarruqku menyerah sepenuh
aku bukan lagi sebuah diri
hanyalah puing-puing zarahMU
yang Kau tabur merata
ke perdu redhaMU
aku bercebis
dan rebah relai

Terima kasih, KEKASIH


'DA'


TAMAN ANGGURKU


Aku menunggu kamu di dalam cermin
dalam buak-buak awan berkabut
jika nanti, Kau kehilangan Diri,
launglah sepiak rindu yang lama kau kunyah
hambur mentera kasih Nurun Nubuwwah
serpihan cinta akan bertaup
menjadi purnama asmara
tersuluh Nirvana

Oh genta bersulam delima
jika cindainya jiwa, aku ingin melarik permata
antara nafas & nyawa
melihat Ba melekap di dua matamu
menulis BismilLah di hujung rasa
lalu Nun bersyahadah di sisi Kaf
menyempurnakan makna
se utas cinta

Kalonglah ke lehermu jambak anggur
sakti mantraguna tidak bisa merobah gelora
magma cinta tetap meleleh larva
menjarah tanah-tanah hati
menggembur usangan lapis manusiawi
mencipta keruhian permata sejati
balik tabir diri

Jika tandus gering hatimu
masih meraba samar-samar rindu
masuklah ke Taman AnggurKu
lihat merah, biru & unggu cairannya menyatu
gelasmu akan berkilau di dahi ar-Rumi
bangunlah mencium tangan Junaid Baghdadi
kita mabuk bersama Ibnu 'Arabi
mencari jernih budi
cinta hakiki


Rajendra Nath Tagore


Wednesday 25 April 2012

BEKU

aku membeku saat luruh bunga cintaMU
dari langit memercik kalam
Nun Al Qalami mengharum pada helai
wahyuMU di dada Al Furqan

kalau Kaf MU kau unjurkan ke dadaku
kusedut menjadi rusuk yang bernyawa
adalah segaris ciptaanMU
menjelma Hawa
ke sisi Adam
lalu menugal cinta yang mendasar
hinggap pada hati melirik sedalam al nafs
yang menggebu dan mekarnya melanggir
setanggi mengharum

aku terkejang melepih fana
pada rahang janji yang tersirat
memanjat nafasku hingga rebah ke dada
menghitung Takdir yang KAU caturkan
dalam gubuk pasrah yang kukelek
namun aku tidak pernah lenguh mengira aksara
dari sejuta musim mengidam dzauk

KEKASIH
hakikilah garis-garis yang KAU hadiahkan
nanti aku deras berlari menderak pada kasur malam
siangnya tak ku peduli lontaran garing mentari
wajahku sudah lama bergalur
mengharungi debur asmara bergelojak
sehingga dadaku rebih
dan rasa berkecai menyirat pedih

tetap jua aku mencicip halwa
pada getar mimpi
takkan kubakar hangus
kerana aku ingin selamanya
menjadi Nun pada tautan kaf MU


'DA'
AKU TERTAKLUK

telah KAU tahu
saat aku tertakluk pada cintaMU
sempadan hatiku menjadi medan
memenggal al nafs
namun belingas cinta tetap menujam
ke dalam diri
aku terpana
dan kelu

KAU biarkanlah
aku terus tertakluk
pada limpah gelora asmaraMU
mencandik pada sayap unggas
meredah belantara jiwa
terus kedinginan
dalam aroma setanggi dari dupaMU
yang mengepul asap
dan berkesul bara rindu

telah tertewas gerangan aku di sini
pada genta cinta
bergalang musim
dan peradaban hati

intailah syahdu memecar
tika sujudku KAU usap ke wajah
bendalir cinta terus berdenyar
memercik pada kerdipan malam
sedang dini tetap menadah angsana
dari belas luhur siimpatiMU

aku terus terjerlus
saat kau menakluki seluruh ruang diri
dan cintaku biarlah
menjadi buih yang mengapung pasrah
kerana medan juang itu adalah aku
yang tertewas

'DA'
— with Indah Hairani Latif and 13 others.
DAYUNG JANGAN TERLEPAS

ketika kau ajarkan aku mendayung kolek
telah aku erat memaut pada galur janji
biar kolek itu jangan oleng
kerana aku ingin kita berdua ralit
membilang arus
buihnya nanti melekat pada hati
dan terus mengapung seluruh jiwa
meniti bayu yang meraup pada wajah

jangan biarkan dayungmu terlepas
nanti aku teroleng ditampar samudera
aku takkan ingin lemas tenggelam
di dasarnya belum tentu aku menemukan karang
yang bisa meramas ke hatiku
menjadi gemala kesuma
yang mengusap jiwa
seribu bunga takkan melekar di dalam diri
kalau dayungmu
rebih dan patah menjadi reput

aku sudah memilih kolekmu
biar berlama bertasbih pda kemudinya
nanti aku melutut mengemis hati
kalau kau juadahkan jiwamu
akan kuhirup likatnya ke dadaku
bersatu mengirai cinta
dan meneguk asmara menggebu
nanti penghujungnya kita tujui
eratkan jemarimu pada jemariku
kita berdua melangkah bersama
biar genta setia itu
kita baring bersatu

DIA tetap melakar kalamNYA
kita hanya mendayung kolek
hingga penghujung mencari noktah

Saturday 21 April 2012

JASADKU KERDIL

siapakah engkau
melingkari jasadku kontang kerdil
lalu melempar ke penjara hakikat
memerap hati
menjadi karang bertunggul

langitMU mulai menghantar salam
ke bibirku mengocak hati
biar geloranya meledak diri
aku sudah pecah merebih hancur
menjadi puing-puing berzarah

Kekasih
kalau larutku tak berbekas
kutiplah cebis rinduku
yang bersuara ke langit cintaMU
biar melepih ke hatimu
menjadi sanggar rasa

puncak pendakianku telah terlayar
di sini bakal kusinggah
mengutip aksara yang kau susun
menjadi manik bermutiara
kemilaunya biarlah sentuh ke hati
nanti aku tetap wujud ke jiwamu
membilas cinta yang terbias merata

aku hanyalah jasad yang kerdil
dari puing-puing yang memerca


'DA'

Thursday 19 April 2012

RENTUNG JASADKU

andai nanti kau temui rentung jasad
bukan aku yang hangus terbakar
adalah asmaraku yang bergelora
ke sisiMU menjernih hati
membakar diri
aku rela
menjadi perca-perca berterbangan
dan berselerak di Sidratul MuntahaMU
menyulam bara kasihku
di sana

KAU
marakkan aku dalam asyik maksyukMU
sehingga jantungku lerai berkecai luruh meluyut
lumat bercebis sebuah diri
larutlah ke dada cintaMU
kan kusedut nafas rindu
yang bergetar dan bergegar
dalam maknawi

duhai KEKASIH
telah Kau rebahkan aku
melunjur pada tasik berolak
namun samudera kupeluk
bagai mendakap mimpi terindah
di pelipis harap
gebar mimpi takkan tercarik

'DA'
KERIKIL ITU TERSEMBUNYI

telah kulalui lorong-lorong itu
kalau kerikilnya tersusup antara genta usia
akan tetap kulangkahi
biar tumitku berdarah menyimbah kesumba
takkan padam dupa yang kuasapkan
dari nadi hidup sendiri

KEKASIHKU
aku tidak pernah sedar kalau di depan adalah kerikil
hanya aku tahu pada sembilu
yang mencacak di hati
namun aku harus berlari menuju
titik akhir
pada noktah yang sudah KAU lakarkan
aku takkan mungkir
TakdirMU tetap terindah

sembilu itu bukan di kaki
adalah menghiris nubariku
lau  jadi bercebis
payaunya telah meremang rongga diri
namun, darah takkan lagi menjadi hanyir
pada kemilau hati yang telah basah
oleh cintaMU

KEKASIH
semakin aku terhiris oleh ngilu
langkahku semakin mendekati
biar taqorrubku ke ArasyMU
bersama simpuh yang sopan
nanti Kau kucuplah bibir ikhlasku
melontar tasbih cinta suci
dari luhur hati yang KAU nobatkan
di antara lingkaran
cintaMU

aku tetap menyelak butiran kerikil itu
demi langkahku padaMU
ERIMALAH

dari ujung jemariku terselit sekuntum cinta
kubawa ke dadamu menyerlah harap
kucuplah dari bibir ikhlas
nanti kutasbihkan lunak zikir berkalam doa

cinta, datanglah menyinggah
mengusap ke jiwa
takku biarkan kelopaknya merelai
nanti kusambut jatuhnya berselerak
dan kukutip satu persatu
dari runcing hati
dan nekad rasa

denai itu adalah lurah yang kubaring
biar lenjuhnya menggelora segenap hati
cintaMU takkan kulurut menjatuh
biar teguh ia bersatu
di kencana hati sendiri

nanti kukucup kelopak cintaMU
luruh dari langit berbirai asmara
rasanya adalah nyata
adalah hak yang menyelinap tanpa aksara
namun melanggiri setiap lendir darahku
tersimbah pada segenap nadiku

aku tetap menanti
pada relung janji yang kau benihkan
sejuta rindu


'DA'


PADA HINGGAPNYA

singgahlah pada segar dedaunNYA
nanti kita akan berbicara tentang ribut rinidu
yang memijar
sehingga kolah hatimu jadi gegar
terlintang pada angin menderu
aku bakalkah terjelepuk
di saring waktu?

kalau jatuh meluruh dedaun cintamu
biarlah mellirih
pada suara kelkatu yang tersimpan
di telapak doaku
dada malam tetap mendakap erat
suara hatiku meniris renjis
ke jantungmu memecar rindu
takkan berkecai

kalau bercebis jua hatimu
membirat pada genta sore
malamnya tetap kuhimpun
hingga dini bercerita tentang
mentari yang menggetus cahaya purnama
langit takkan lagi menjatuhkan langsirnya
kerana cintaku padaMU
bukan lagi hijab yang tebal
telah kuintai rindu yang bertandang
adalah KAU
yang mengucup dahi cintaku
pada pelusuk waktu
sekian musim

daunku,
takkan pernah
kubiarkan semilir angin menggetus cintaMu
dari dahanku

'DA'

Saturday 14 April 2012

PUISI RAJENDRA NATH TAGORE
 
Di ruang rinduNya
engkau bebas berbaring di Taman
mencicipi mulus anggur yg berkembang
engkau bebas menghirup wangian,
dari kelopak warna-warna Cinta
yg terpancar dari Diri
di keindahan Hati!

Di ruang mihrab panjang..
engkau bebas menaakul kasih
merenung lapisan dimensi Diri
di puncak meditasi
di keindahan sepi!

Engkau,
dari air yg meruap rindu
berligar ke awan menjadi hujan
kembali ke laut menjadi Insan
dalam kerahsiaan Tuhan,
Taman Kesatuan!

AKU melontar makna ke qalbimu
dgn bahasa cinta tanpa suara
tintanya bergema ke sukma
tulis-lah dgn darahmu artian rindu
bahawa ruang ini utk AKU & KAMU
- Ruang Bertemu
- Ruang BerSATU!

Sunday 8 April 2012

SAAT MATA BERBICARA

bening ucap sinar matamu
bibir kehilangan kata
renungannya melontarkan warna-warna suara
yang limpah dalam maknawi

bakal tidak kubariskan apa-apapun
dalam bicara bisu kita
saat aku menghantar renung
makrifatnya kuhampar antara ruang baring
kitapun bernafas dalam ratib
yang tak mungkin berhenti
membilang tasbih rinduNYA
perdu masa yang tersedia
sudah lunyai dipijar mentari
namun rambulan seakan malu
menarik tirai dan telah lama ia berdiam
dalam munajatnya
dalam simpuh
dalam rimbun cintaNYA

salam yang santun ini telah kulanggir kasturi
wanginya merebak serata
pelusuk alam mengutip harum meresapi
dan dadaku jadi limpah oleh pandanganmu
yang mengusap di hati

saat mata berbicara
kukucup malam yang dingin
dalam diam senyap dan bisu
akupun mengirai rinduNYA
yang payah untuk diterjemahkan
namun kutelusui ertinya.

'DA'
kalam yang bisu
telah melakar warna diam
kanvas bicara kita tidak lagi
sewarna pelangi

aku terus mengutip buih-buih rindu
merelai di ujung kaki
pasir yang memutih telah hilang butirnya
samudera telah kecai di celah gelombng
hanya camar yang payah mengepak sayap
di antara bahtera yang sudah oleng
di tengah laut yang hilang birunya

di mana
suara hatimu telah kau titipkan?

aku sedang bersimpuh
menanti sebaris suara dari aksara
yang kau garapkan
di ujung senja.

'DA'

Saturday 7 April 2012

WAHYU CINTA TERINDAH

telah hadir kuntuman wangi yang kau lestarikan
ke hatiku memecar rasa
kukucup melumat hingga ke urat lendir
jantungku bergetar meramas cintaMU
biar gelora terus singgah
kelopak terindah takkan kuluruhkan

KAU
adalah Kekasih
melintang rasa pada segenap perca harapku
jangan ada puing yang mencebis di dada
kerana aku tergoda oleh kelopak kasihMU
yang menggebu

wariskanlah aku dari setiap titis darahmu
ingin kusimpan dalam alir darah yang mengepam
jantung dan nadiku biar terus berdenyar
melengkung jejantas pelangi
tingginya tak pernah sukar
tetap kudaki menghitung rindu
yang berjalur dari lurah hati
dan denai jiwa

KEKASIH
hakikiMU tak pernah kukendurkan dari hati
pijarlah resah yang menderu dari semudera menggila
aku tetap di kolek cintaMU
membilang buih yang bergelumang
pecahnya bukan di ujung jari
adalah bermukim indah
pada karang yang tercantik
dalam wanginya setanggi sorga

akupun rela jatuh ke dasar hatimu
membilang butiran rindu yang kau oleskan
pada dadaku jiwa turut bersyair
membuak asmara yang menggegar
mayapun diam menghitung sepi
yang mengunjungi tahajjudku
dalam barisan tasbih untukMU
menjuntai dzikir rindu yang tak pernah longgar

akan tetap memujaMU
dalam derap langkah tak pernah kudengar
hanya hatiku menerima wahyu cinta
yang terindah

'DA'
— with Indah Hairani Latif and 12 others.

Friday 6 April 2012


ROS BIRU

kelopakmu mendenai maya
sedang melarik ke hujung permaidani hariku
singgahlah pada perca hari
kalau sepimu sudah terungkai
menjenguk dini

akulah darwis mencari salamMU
menyelak langit agar terbuka
mengintai dari jejantas pelangi
kalau mampu kusinggah bertanya khabar
biarlah detik terus berputar
aku sudah memiliki cembol masa
hanya janji pertemuan kita di sana
aku takkan lenguh membilang rasa
pada utuh langkahku
akan hanya untukMU

IIAHI
aku takut menghitung dosa sendiri
gebar ini terluyut ke perdu kesal
jangan ada getus marahMU
kalau  aku mengumpul kerikil 
biarlah KAU garapkan menjadi sutera
lembutnya membalut tumitku
meniti cinta untukMU

'dyza ainun' 


SINARKANLAH MAYA DI MATAKU

jangan kau singkapkan purdah ini
telah kubalut kerdip mata
agar maya terus sirna di dalam nurNYA
mengukir halwa dzikir
membentengi barzakh hati
jangan ada intai pada janji pilu
dari kelepak angsa yang tenggelam
di dasar luka

aku sudah belajar mengerti pengalaman
peritnya pada luka bukan pada hiba
kau sudah menghantar kerikil
sedang tumitku belum pernah menginjak sayatan pilu
kandil itu apinya membahang
sedang tiris darah dari jalur luka
belum sempat kutadah kesumbanya
memerciklah ia mendarahi maya
mataku telah kabur
oleh sebuah kepercayaan

kutuam pada nyala api
kalau jemariku bisa menahan perit
darahnya tersusup antara gelembung terbakar
gelombang itu adalah samudera
akupun tak mengerti pada sebuah ilusi
kau tinggalkan pada perdu lelahku
bila aku tak lagi larat
mengatur tumit
di antara kerikil yang kau bariskan.

katakanlah itu hanya guraumu
bukan untuk mengguris carik di hatiku

'DA'

SIAPAKAH

siapakah yang mengusap rindu di bibirku
tika awan menyimpul salam dari langitMU
kaukah
yang memintal benang cinta bersulam kasih
ke dadaku memecar ke hati

duhai
kucuplah hakikiMU dalam serbat kasih yang manis
harumnya menyelinap mengkal
dan teroles menggetar
gebu buih rindu terus kuharungi
renangi antara apungan diri
yang hilang di taman anggurMU
membilas gelas yang telah kau sedut
tiap titis darahku
di urat nadimu

siapakah kau
yang telah menjenguk kamar peraduan mimpi
saat lenaku telah lama menggelupas
dalam pecal rindu yang berkesul
baranya tetap di dada
asapnya biarlah berlalu
hingga ke awan
ku tahu langit tetap memintal cintaku
di dulangNYA
mengumpul janji

aku tetap bersimpuh
di celah setia
menanti terbangmu singgah
di pelamin cinta hakiki
tersembunyi antara Takdir sendiri
dan rahmatNYA terus beralun
ombak pasrahku tetap linang
terbias hingga ke sisiNYA
menulis cerita yang telah lama
azalinya di SANA

aku tetap rela
pada sebuah cinta
dan rindu yang mengkal

'DA'
 
TERBANGLAH

berbicaralah
hidangkan suara sepimu merencah kesumba
menjadi jingga mentari
yang tak pernah merebih pada warna
tersisa pada ufuk

pada singgahmu yang melekat
jaringan waktu hanya detiknya melarut
hambarlah kini samar malam
melihat jelatik yang singgah pada peraduan senja
adalah juntaian perjalanan
yang entah bila akhirnya

bukalah hijab matamu
melihat remang mimpi yang tak tersingkap
oleh kelam rambulan
di telapak tanganku menguntai suara
dalam diam tapi sempat kulakarkan makna
dari peradaban kosamu
tertinggal di perdu usia

terbanglah unggasku
andai benua tujuhmu sudah menggamit
mencium sayap kembangmu melebar maya
dan meniti bayu di celah gemawan
aku tetap di sini
menanti luruhnya warna emas
dari dulang langit
yang Kau pasungkan pada dadaku
merekah pada rinduNYA
yang membiru

'DA'

Wednesday 4 April 2012

ROS MERAH BUAT DIA, KEKASIH

kelopaknya kesumba menyala
aku terdiam dalam kuntum dan kudupMU
takkan nyali cinta dari langit berlapis tujuh
KAU buka takkan tertutup lagi
biar kelepak merpati
putihnya sebersih warna kemboja

jernih hatiku dari tawadduk KAU lelehkan
aku menghirup serbat cinta ini
andai benar warna setianya bagai kelopak mawar
merahnya teradun bersama putih jiwa
akan kuseru rindu biar menggelepar
gedung hati
membilas cinta yang memejal
kental dan mengkal
terus menjelira menggendung ngilu

KAU tahu parahku mencanda cinta
aku sedar payal hati tetap bergelora
biar getarnya menceranak bagai kerikil menuris pedih
sebu dadaku KAU pasti
aku rebah dalam pasrah ini
namun cintaMU tetap kuramas menggebu
jantung limpaku bersemanyam dalam urat lendir
takkan tercaing hancur
bersatu dan menyatu
dalam jitu begitu

kelopak merah
hanya untuk KEKASIH

'DA'
PENYAIR YANG REBAH

aku bukan merak
cantiknya melingkar maya
adalah aku sekadar penyair yang rebah
pada aksara indah
membilang tasbih rinduNYA
di dada hari

datanglah Kau ke sisiku
percikan naungMU jelira membirat
hatiku menggetar menahan rindu
lurah gunung mencair salju
kukutip wangi setanggiMU
lliyin bersyair pada NUN AL QALAMI
wahyu gemersik usap jantungku
dada rindu tak pernah kontang
menghitung detik untuk beradu
di sejadah malam kuberbaring lesu
menanti kucup hakiki KAU hantarkan
palungan hatiku terus kau limpahi

TUHAN
hatiku tetap membirai
menjahit muara
biar berladung cinta itu
rindupun takkan pecah berkecai
terus bermukim indah di sini

DA'

Tuesday 3 April 2012

AKU TETAP

aku ingin menangis
ketika salju melekat di hati
lalu kubiarkan juraian itu
meniris menjadi lakrima
yang menyelirat ke dada
pedih itu adalah sembilu
meracau di kalbu
duhai sendu
berladunglah sehingga darah kesumba itu
menjadi limpah
biar aku lemas menghirup merah luka
aku rela
dalam payah dan payal ini

quddus doa
juadah untukmu
dulang itu takkan kering
dari sujud rinduku
biar malamnya menyelinap ke hati
siang mengusap luka sendiri
pasrahku hanya berselirat atas sejadah yang diam
walau malamnya
tahajjudku kian rebih
dalam air mata di telapak cintaku
KEKASIH
aku tetap cintaMU



'dyza ainun'
MENANTI

aku di sini memintal rinduMU
terbelahlah lurah jantungku menganyam malam
sepinya tersayat tembus nuraniku
KAU sebarkanlah aksara cintamu
membilur jasad tetap kujaram
nuraniku terjalar melebar gedung hati

KAU Kekasih Hakiki terpijar mentari rindu
berdetak rimbun dzauk limpahnya kolam rasa
akupun bersimpuh di antara denai kabus
menghitung jeliraMU ke dadaku
menggetus taman dzikir kencana
yang tergarap

biarlah aku lemas ke dasar cintaMU
menggebu mengoles genta pintuMU
aku tetap mengetuk asmaraMU
dicerna rindu yang terus kedap
di hati
di jiwa
nurani dan nubari
tetap bergaul
menyatu dalam gugus aksara
yang tak jemu kukutip

KEKASIH
lakarkan aku laman indah
di mahligaiMU
kalau lliyin menjemput
aku datangi demi rahmat
cintaMU gentanya tak robek

'DA'

Monday 2 April 2012

TELAH KAU

telah kau berikan aku
carik luka dari darah sendiri
terpercik ke dadaku  membilang pedih
warna jingga telah kemaruk di mataku
menjadi bara
mengepul bisa

aku ingin menangis pada pialamu
kalau rambulan turut menghitung hibaku
biarlah mentari tak lagi mencair darah
hanyirnya bakal melikat maya
aku takut untuk ketawa
bila tangisan sudah  menjadi asaku
pada dinding sepi
dan sendu

'dyza ainun'

Sunday 1 April 2012

JANGAN

jangan kata
aku bukan lagi kamu
saat jelngmu sudah berpaling arah
memilih denai baru melabuh rindu
membetik khabar tentang aksara yang berbaris
adalah suara hatimu yang berlanggir
antara relung-relung mimpi
tak terjangkau oleh hujung jariku
pencarianpun jadi diam

jangan kau hempaskan
dentngan gemercing gemintang di langit
saat telah kau daki warna-warna pelangi
dari titian hatimu
di persada mimpinya meluyut
ke  hati dia

dia itulah yang sudah meramas cintamu
saat aku baru saja menyedut gebu rindu
dari fajar yang mengusap maluku
akupun bersimpuh membilang luka
dari parit ranjau ada kesumba
memerah menghangat nubari

biarlah
kalau sudah terlakar begitu


'dyza ainun'