DUPA
aku bersila simpuh di depan hamparan permaidani kataMU
lalu kukutip satu pesatu
kubariskan pada palungan jiwa
biar indahnya kumaknai dalam erti
KAU mengukir warna pelangi di lambungan hatiku
tika jemari hari sedang mengusap rinduku yang mesra
saat kusarungkan kasur malam
bebintang di langitMU
bersuara dalam kerlipan
luruh nurNYA ke jantungku
menjadi ulam cinta
yang gemerlap
tahukah kau
jiwaku sudah garing oleh gempita luka
nanti keriuhan itu kuatur pada debur ombak
bakal terlontar ke tengah gelombang
aku tidak lagi
berkolek di celah buih
tika aku sudah mengerti
ombak itu tidak lagi berbicara
pada butiran pasir di pantai
sekadar menerajang geram dalam marahnya
yang menular selaut
nanti kau lihatlah
sebuah dupa sudah berkecai
tika asap masih mengepul
** aZaH KhalidA **
aku bersila simpuh di depan hamparan permaidani kataMU
lalu kukutip satu pesatu
kubariskan pada palungan jiwa
biar indahnya kumaknai dalam erti
KAU mengukir warna pelangi di lambungan hatiku
tika jemari hari sedang mengusap rinduku yang mesra
saat kusarungkan kasur malam
bebintang di langitMU
bersuara dalam kerlipan
luruh nurNYA ke jantungku
menjadi ulam cinta
yang gemerlap
tahukah kau
jiwaku sudah garing oleh gempita luka
nanti keriuhan itu kuatur pada debur ombak
bakal terlontar ke tengah gelombang
aku tidak lagi
berkolek di celah buih
tika aku sudah mengerti
ombak itu tidak lagi berbicara
pada butiran pasir di pantai
sekadar menerajang geram dalam marahnya
yang menular selaut
nanti kau lihatlah
sebuah dupa sudah berkecai
tika asap masih mengepul
** aZaH KhalidA **