Wednesday 30 May 2012


DUPA

aku bersila simpuh di depan hamparan permaidani kataMU
lalu kukutip satu pesatu
kubariskan pada palungan jiwa
biar indahnya kumaknai dalam erti
KAU mengukir warna pelangi di lambungan hatiku
tika jemari hari sedang mengusap rinduku yang mesra

saat kusarungkan kasur malam
bebintang di langitMU
bersuara dalam kerlipan
luruh nurNYA ke jantungku
menjadi ulam cinta
yang gemerlap

tahukah kau
jiwaku sudah garing oleh gempita luka
nanti keriuhan itu kuatur pada debur ombak
bakal terlontar ke tengah gelombang
aku tidak lagi
berkolek di celah buih
tika aku sudah mengerti
ombak itu tidak lagi berbicara
pada butiran pasir di pantai
sekadar menerajang geram dalam marahnya
yang menular selaut

nanti kau lihatlah
sebuah dupa sudah berkecai
tika asap masih mengepul


** aZaH KhalidA **

Saturday 26 May 2012


AKU TETAP MEMUJAMU

tersusunlah aksara pada dada langitMU
aku sedang memaknai setiap ugnkapan
yang KAU bariskan paa lahar cinta
takkan runtuh istana yang kupahatkan
dari selut dan tanah liat
rahim bumi tetap mendepangkan butiirannya
nanti aku bakal bersemadi
di situ
beralas lenganMu
yang Kau turapkan menjadi kental dan padat
untuk peraduanku yang selama

wahai angin malar
akan kuhirup sedut semerbak wangimu
menuras ke hati
biar jantungku bernafas dalam rahmatMU
aku pasti sedut tiap alir darah
yang mengharum
di dada dan palungan jiwa

Tuhan
aku tetap memujaMU biar berguris ke lurah rindu
aku takkan jemu meneguk tiap titis pedih
menyimpan sengsara ke dasar rasa
kerana aku sangat tahu
merinduiMU
suatu kesiksaan
yang menggetus diri

** AzaH KhalidA**



Thursday 24 May 2012

DENGARKAN SUARA NYANYI

kalau kau tidak mendengar nyanyianku
bukan aku sudah membisu
suaraku tetap berkumandang
dalam irama sepi
meraung ke gua hati
sedang lembah jiwa tetap mendenai
pada sanubari

KAU usunglah qalbuku biar menyentuh rambulan
saat awan sudah memecar warna kemilau
aku tetap bersimpuh di sini
sejadah rindu yang kuusap
tika canda malamku tak pernah gering
oleh rasa yang menggelegak
rindu yang menggegar

Kau bukan mawarku
yang menghantar warna indah
pada ciumku yang hilang harapan
sekadar sebuah puisi yang berselerak
di atas dulang berlapik sutera
untuk setiap pemuja

Tuhan
aku tetap menadah titis rindu
bila salju dari gemunung
menyapa dahiku

** AzaH KhalidA **

Wednesday 23 May 2012


DEDAHAN DAN RERANTING ITU

telah aku tercantas antara dedaunmu
rerantingku
janganlah terserpih
saat tiup sang bayu
meluruhkan beningnya
pada senja yang kemilau
menjatuhkan langsir pada labuhan malam
salam yang terhantar
dari geluk puisi ini
aku sedang mengirai kencana dari hatiimu

singgahlah wahai sang unggas
memagut pada kuping dedahanku
jangan biar merebih merekah
mohon KAU usap ke hatiku
melontarkan kejap janji
tak terlerai oleh luruhnya
helai demi helaii daun meliuk

rerantingku
akan tetap kukutip kalau kau terserkah
dan menjulur ke lantai rerumput
nanti aku melukis hati
dari debumu
yang hangus dalam tewas api rindu

dedahanku
lekuk pada kulitmu
adalah perisai musibah
jangan tergoyah pohon taqwa
kerana
aku sedang bergayut pada rekuh taatmu
takkan aku mengejek resah
selagi rinduMU mengepung seluruh bening jiwaku
dan terkocaklah jernih hati
mohon menumbuhkan bunga cnta
bersemarak dan indah

* AzaH KhalidA *

Friday 18 May 2012

MEDITASI

MEDITASI

Faqir Paghman-nya bercakap dengan dinding

aku di biarkannya seolah aku tiada
Sirr-nya berguman dengan suara alamul-malakut
terkebil-kebil matanya melirik langit
berkumat-kamit hatinya melagu HU
kalau aku tahu, pasti nyawaku aku beri KAMU
kalau kau tahu, pasti cintamu kau beri AKU

O sidang mereka yang keliru,
kerena jaga lebih baik dari lena
maka jangan kau petik cinta tanpa airmata
rendahkan sejadahmu ke-tanah
sembah-lah rindumu jangan kau ragu
airmata tanpa cinta jangan kau beli sorga
penuhkan dahagamu dengan anggur
aku memetiknya tadi malam dan baru ku-peram
kau perah-lah dan hidang , tuang demi tuang
kalau aku mabuk, kau lontar saja AKU ke KAMU
kalau aku rebah, kau retak-kan kepala-ku ke Ka'abah
biar ia pecah berdarah!

Kekasih,
langit ahdiatNya menulis
dan lukis-lah lautmu dengan bahtera
nanti pulau-Ku memberi kau nyawa Alif Lam Ro...
jangan lagi kau tidur bila Aku berjaga
buka-lah jendela Nirvana
letak-kan kejora pada dahi-mu hingga sirna
aku akan menarik tanganmu agar bersama kita baqa
liqa ini liqa cinta
liqa ini untuk kita
maka apa yang kau takutkan di SANA?


; Rajendra Nath Tagore

MAWARMU BERJALAN

MAWARMU BERJALAN

Gerbangan apa tiba-tiba melayang

berjuntaian cindai-cindai puisi terlarik awan
rindu pun berterbangan ke sarangan kasih
bergelora-lah mega, jika maya itu sukma,
kau jalarkan se-ungkai makna
aku yang masih di peniduran,
terbangun oleh mimpi kenangan!

mawar mimpinya pun berjalan
mencari pantai cahaya bulan pada menyeduh kerinduan
mengintai huruf-huruf kepiluan dogma khatulistiwa, pada tegak cinta
terbelah kesaktian ajian Ratu Roro Kidul pada laut temaram
Oh lambai-lah Tangkuban Perahu pada misteri di Borobudur
aku di mabuk cinta meneguk cairan anggur hitam
memecar alir darah menulis Hu Allah

Meranum lagi diksi puisinya yang manis
mencacah parut dalam, dzauk-ku menyembah zaman
harga apa yang perlu ku-bayar untuk cinta
kalau permata dari cengkerang kasihmu tertanda cahaya
menderap dansa lagikah kita di Konya?
mengitari ismu-ismuNya untuk penghadiahan Piala

O Engkau
racik-lah jemari janji palung ke hati
biar memercik darah hakiki pada kesejatian Diri
di sini cuma ada Engkau & Aku
dalam tautan maknawi
mendekap satu-lah di Ruhi
pada alir Kautsar
ke Dalam Diri.

Wednesday 16 May 2012

KUBAH LIQA

KUBAH LIQA

Hilal yang terenjat tika falaq Asad,

mengaum lentera Ahli Nobah dari segenap penjuru
api-api yang menghangus Syriaku,
memecah takar anggur merah & Bayazid bangun,
menidurkan marah rinduku di butang malam,
Engkau buka satu-satu telanjangkan ruh-ku
untuk siraman empat pada taubat
dan aku tunduk dalam suluk,
melibas kasrat yang mengganggu
dalam kelambu Diri

O bulir-bulir zikir yang mengalir
menyiat sanobari di kerak paksi
lantas ar-Rumi menari lagi
lembar mathnawi menjalar ke hati
menyalin rangkap di sisi jendela rasa
yang enggan Kau buka
selagi ujudku belum fana

Terlekap bibirmu ke dada
menciumi roma rindu di sulur qalbu
merengkuh keghairahan cinta asmara kita
terdesir nufus di rahang nyawa
menggeletah gigil pada tautan kulit
Aku cinta padaMu Engkau,
terbingit bisik di datar lidah
memuntah gelora seberkas rahasia!

Ya Nun, bertasbih-lah YunusMu
daki Tursina-ku belum mencapai Musa
kala tongkatnya membelah hatiku,
di 12 jaluran makna,
aku juga mengungsi ke Madyan
berhenti di pohon kurma Maryam
meratah sekelumit cahaya dari mata Isa
lalu kenangan duka di al-Hambra,
merajut sekalong airmata di bumi Gaza
bila titis darahku meracun jiwa
aku terlena cukup bahgia
menyirna dalam Dia
di liqa cinta


Rajendra Nath Tagore 


AKHIRNYA

AKHIRNYA

Merimbun embun merindu pada daun
meleleh bagai darah, di sakarat cinta
terkoyak-lah kasih,
pada busur aksaramu ke jantung
merebih kelopak mawar dadaku
bercebis segala cinta menjadi buih
pada ramas jemari ombak pada marah

Aku lalu berdarah
menyungkur di tumit kaabah
merangkak membawa jejes airmata pedih luka
menawafi 7 benua qalbi Diri
mencari sekelumit hakiki dari hati
pada luluh sejadah di dinihari

Berkerumunlah merpati yang merindu
pagutlah keping-keping dosa yang membalut jiwa
bangunkanlah aku di muka pintu Jabal Nur
sehingga Hira guaNya menggemakan cinta
biar tersayat telinga pada gemerincing wahyuNya
mengkelar-kelar kulit dunia yang rapuh
biar leleh dan leleh darah menyuluh ruh
hingga terjernih manis al-fatihah Kau sepuh

Akhirnya,
aku kembali terenyuh di sudut tiang al-aqsa
dengan secarik selimut menadah mangkuk
jika ada yang mau, lemparkan dirham rindu
kerna geletar gigilku kian melarut
aku cuma mau membeli cahaya
dari jalur-jalur langit dengan kerdip kejora
moga dengannya berkembang segening rasa
yang lama haus & dahaga
untuk meneguk cinta!



Rajendra Nath Tagore

PEDANG

PEDANG

Bersabda lah pedang-pedang Wudan
takarlah sebondong rasa dari alir darah rinduku
jika sayap-sayap kenyalang berserak bintang,
kita terbang ke awan membelah langit
jika pendekarmu gundah pada resah yang menggugah
burung daranya akan menyeduh putihnya cinta

O Rubah Malam
sahutlah getir kesedihan gemerincing pedang
lenggok menari Wong Fei Hong
sengsara tumitnya dalam boncah hangat darah
memenggal kepalsuan perayu picisan
membeli cinta dengan harga sepotong kata
jika Timur i-Leng menetak tempayan arak
jangan lagi kau mabuk wahai Puteri Han

Genshiz Khan bukan meniti Baghdad dengan dakwat
sungai Furat tidak pernah menangis terbakarnya Iraq,
aku yang menyusur Yang Tze Kiang mencari dupa di China,
terjumpa relik Buddha di Shang Hai,
memapar kesantunan dalam kelambu Tuhan
adab sebuah pertarungan,
cumanya seutas kebenaran
yang menyimpul hatimu dengan hitam kezaliman
maka bunuhlah kebatilan
pedangmu akan berkilauan
disorak kemenangan

Ah Soo


MAHLIGAI CINTA DHUHA 12

Kekasih
Mahligai Cinta Dhuha 12 ini
kutatahkan dari permata fairus kiriman hati
dan usapan nubari
dari jernih cinta
lakaran quddus kita adunkan bersama

dhauqi dan tajalli
adalah nafs cintaku untukMu
merentangi ruang-ruang yang berkandil
cahayaNya melingkari persis rambulan
mengusap wajah cinta kita

bermestautinlah dikau
dalam pelukan gebar doa mewangiku
selendang sutera bidadariNya
tetap membalut seluruh cinta
dan rindu yang berselerak merata
di sisi kita

pada setiap lafaz kata dan ucap salamMu, Kekasih
akupun merebahkan diri
mencecahi dahi dalam sujud syukur
pada sejadah ria yang bermakna
pada alir rindu yang mendakap
denai hati adalah salju yang mendingin
mayapun terasa lembut alirnya memeluk diri

aku sering merinduiMu
dalam setiap bicara hati
dalam setiap ucap lidah
dalam setiap dzikir tasbih
rindu tetap memecar

akan kususun tasbih dzikir rinduNya
antara tautan jemari kasih kita
hantaran lamaran syurgawi
mahsyar dan barzakh sudahpun terhampar
permaidani terhias dan terias dalam penantian
                                                    
Oleh:

DYZA AINUN
KUALA TERENGGANU



CEBIS-CEBIS HATIMU

biarlah
cebis-cebis hatimu terus bermukim
di denai nubariku
QalamNYA telah terlakar pada LOH MAHFUZ
tak terpadam tinta yg telah mengering
kerana bukan lagi Takdir Mubram
sudah terlingkar ceritera kita
sejak azali

KEKASIH
akupun terus berbicara
di gubuk hatimu
saat pekik suaranya memantul
gigi pantai tetap menyatu bersama buih ombak
yang berselerak memecar seluruh ruang mercik

takkan luruhkah rambulan dari langit?
andai kuunjurkan seluruh benang cinta
menjadi tali pengikat sebu
dari nuraniku yang terdalam
terpintal kemas dan membelit segala
bisik rindu telah sekian musim
merenda cantik di denai cinta buat DIA

jangan KAU malapkan siangku dari racik cintaMU
saat kuusap cinta menyala
merahnya membara dalam asap  mengepul
di dada yang terkelar
api rindu tetap jua membakar
dalam dingin renung makrifat
hatiku menggebu meramas kasih
terlekat dan pekat  melikat
relung-relung hatiku telah kau ragut
kau bawa pergi bersama
dalam uncang cintaNYA
mendetik dan tergetar pejal

akankah terus aku di sini
menanti pelangi menjadi jambatan
menghubungkan rindu
kitapun saling melakar cinta
yang tetap indah
dalam pelukanNYA


*azah khalida*